Objek Wisata di Lereng Gunung Slamet Dipastikan Masih Aman, Warga Masih Beraktivitas Normal
Di tengah meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Slamet, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Purbalingga menegaskan bahwa seluruh objek wisata di wilayah tersebut tetap aman untuk dikunjungi. Meskipun radius bahaya erupsi telah diperluas hingga 3 kilometer dari kawah, objek wisata unggulan seperti Desa Wisata Lembah Asri Serang (D'LAS) dan Goa Lawa Purbalingga (Golaga) berada di luar zona berbahaya. Aktivitas wisata dan warga di sekitar lereng Gunung Slamet tetap berjalan normal, sementara jalur pendakian ditutup untuk keamanan.
INDONEWSPORTAL.COM - Di tengah peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Slamet, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Purbalingga, menegaskan bahwa seluruh objek wisata di wilayah tersebut tetap aman untuk dikunjungi. Meskipun radius bahaya erupsi Gunung Slamet telah diperluas menjadi 3 kilometer dari kawah puncak, objek-objek wisata di Purbalingga berada di luar zona berbahaya.
Langkah ini diambil untuk memastikan keamanan dan kenyamanan wisatawan yang hendak berkunjung ke kawasan wisata unggulan di Purbalingga, seperti Desa Wisata Lembah Asri Serang (D'LAS) dan Goa Lawa Purbalingga (Golaga).
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Purbalingga, R Budi Setiawan, memastikan bahwa seluruh objek wisata di Purbalingga, Jawa Tengah, tetap aman untuk dikunjungi wisatawan meskipun Gunung Slamet sedang mengalami peningkatan aktivitas vulkanik.
"Kami telah melakukan koordinasi dengan seluruh pengelola objek wisata terkait perluasan radius bahaya erupsi Gunung Slamet yang kini mencapai 3 kilometer dari kawah puncak," kata Budi Setiawan pada Jumat.
Budi menegaskan, hasil koordinasi memastikan bahwa objek-objek wisata di Purbalingga masih berada di luar radius bahaya dan aman untuk dikunjungi. Sebagai contoh, Desa Wisata Lembah Asri Serang (D'LAS) dan Goa Lawa Purbalingga (Golaga) berjarak masing-masing sekitar 5 kilometer dan 6-7 kilometer dari puncak Gunung Slamet.
"Jumat ini, kami melihat banyak wisatawan dari berbagai daerah, seperti Cilacap, yang berkunjung ke D'LAS. Aktivitas wisata tetap berjalan normal," tambahnya.
Selain itu, aktivitas warga Desa Gunungmalang juga berjalan seperti biasa, meskipun desa tersebut sering menjadi tujuan wisata minat khusus dan letaknya dekat dengan puncak Gunung Slamet.
Namun demikian, jalur pendakian Gunung Slamet melalui Dukuh Bambangan Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja telah ditutup sejak peningkatan aktivitas gunung terbesar di Pulau Jawa itu.
Terkait persiapan Festival Gunung Slamet (FGS) 2024, Budi mengonfirmasi bahwa persiapan terus berjalan sesuai rencana. Festival yang akan berlangsung di Desa Wisata Serang pada 12-14 Juli 2024 ini telah menjadi bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN) Tahun 2024.
"Kami juga mengundang kabupaten-kabupaten sekitar untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut," ujarnya.
Di tengah penutupan jalur pendakian, aktivitas warga Dukuh Bambangan Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja tetap berjalan normal. Perkebunan hortikultura di bawah Pos 1 pendakian Gunung Slamet masih beroperasi tanpa kepanikan.
Koordinator Pos Bambangan, Saiful Amri, pada Jumat (17/5) kemarin, menjelaskan bahwa jarak aktivitas warga dari perluasan radius larangan berkisar hingga Pos 4. Sejak diberlakukan, tidak ada warga yang beraktivitas mencari kayu ke daerah terlarang tersebut.
"Warga Kutabawa saat ini bercocok tanam di bawah Pos 1 dan masih aman. Tidak ada gejolak atau informasi yang tidak benar soal status Gunung Slamet," katanya.
Masyarakat sekitar diimbau untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh berita-berita yang tidak bertanggung jawab mengenai aktivitas Gunung Slamet, serta mengikuti arahan dari BPBD Provinsi Jawa Tengah dan BPBD Kabupaten.
Sementara itu, Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, Wardoyo, juga memastikan bahwa objek wisata di Banyumas, khususnya di kaki Gunung Slamet, tetap aman untuk dikunjungi.
"Misalnya, objek wisata di Kecamatan Baturraden seperti Lokawisata Baturraden yang berjarak sekitar 12 kilometer dari puncak Gunung Slamet, sehingga tetap aman untuk wisatawan," kata Wardoyo.
Ia mengimbau pelaku wisata di sekitar Baturraden untuk tetap tenang dan melanjutkan aktivitas seperti biasa, serta menghimbau calon wisatawan agar tidak terpancing informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan terkait aktivitas vulkanik Gunung Slamet.
"Kami terus berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Slamet," tambahnya.
Sebagai informasi, jalur pendakian Gunung Slamet telah ditutup sejak Senin, 13 Mei 2024, menyusul peningkatan aktivitas vulkanik gunung tersebut. Status Gunung Slamet kini berada di level II atau waspada.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menaikkan tingkat aktivitas Gunung Slamet dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada) sejak 19 Oktober 2023. Mereka merekomendasikan agar masyarakat maupun wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 2 kilometer dari kawah puncak Gunung Slamet.
Pada Kamis (16/5), Badan Geologi memperluas jarak rekomendasi menjadi 3 kilometer dari kawah puncak Gunung Slamet karena peningkatan tekanan di bawah tubuh gunung yang dapat memicu gempa-gempa dangkal atau erupsi.
Potensi ancaman saat ini berupa erupsi freatik atau magmatik yang bisa menghasilkan lontaran material pijar dalam radius 3 kilometer, serta hujan abu yang dapat melanda area sekitar kawah tergantung arah dan kecepatan angin.