Kraca, Camilan Tradisional Keong Sawah dengan Citarasa Pedas yang Memanjakan
Kraca adalah camilan khas daerah Banyumas yang terbuat dari keong sawah yang direbus dengan bumbu tradisional dan rempah-rempah. Meskipun mungkin terlihat menakutkan bagi yang baru pertama kali melihatnya, bagi penduduk setempat, kraca adalah hidangan yang sangat familiar dan disukai sebagai camilan atau makanan pendamping. Kraca dulu sering dijumpai saat bulan puasa, namun sekarang bisa dinikmati kapan pun. Proses pembuatannya membutuhkan waktu lama dan perhatian ekstra untuk memastikan rasa dan tekstur yang sempurna. Biasanya disajikan dengan rasa pedas yang pas, kraca memanjakan lidah dengan kekayaan rempahnya dan menawarkan pengalaman unik dalam cara menyantapnya.
BANYUMAS.INDONEWSPORTAL.COM - Kraca adalah camilan dari keong sawah yang direbus hingga matang menggunakan bumbu tradisional dan rempah. Kraca banyak sekali dijumpai di warung-warung makan dan penjaja kaki lialma di daerah Banyumas dan sekitarnya.
Bagi yang belum familiar atau baru pertama kali melihat, mungkin akan terkesan ngeri-ngeri sedap dengan kuliner khas yang satu ini. Namun bagi warga Banyumas dan sekitarnya, kraca merupakan makanan yang familiar disantap sebagai camilan atau sebagai makanan pendamping saat makan.
Awalnya kraca marak sekali dijumpai saat bulan puasa sebagai sajian untuk berbuka. Namun kelezatan si keong sawah ini sekarang mudah sekali didapatkan kapanpun Anda ingin merasakannya.
Proses pembuatan keraca membutuhkan waktu yang tergolong lama. Karena selain harus dibersihkan berkali-kali, sebelum dimasak kraca juga harus direndam terlebih dahulu semalaman.
Kemudian bagian ujung cangkang harus dipotong agar sedikit terbuka. Hal ini untuk memastikan agar rempah dan bumbu yang digunakan bisa meresap dengan sempurna saat dimasak, dan tetap empuk saat dihidangkan.
Umumnya olahan si keong sawah ini disajikan dengan rasa pedas yang pas. Citarasa kraca kaya akan rempah yang memanjakan lidah, membuat siapapun yang menyantapnya selalu ingin nambah.
Cara menikmati hidangan ini pun bisa dibilang cukup unik, yaitu dengan cara disedot, atau dicukil menggunakan lidi atau tusuk gigi agar bisa mendapatkan isi didalam cangkangnya. Awalnya mungkin akan terasa merepotkan, namun justru disitulah letak seni cara menikmati hidangan khas tradisional ini.
Tak hanya sekedar memanjakan lidah, kandungan protein dan kalsium dalam keong sawah ini cukup tinggi, sehingga menjadikannya sebagai pilihan camilan yang memiliki nilai gizi. (*)