Pemicu Suhu Bumi Terus Alami Peningkatan

Pemanasan global menyebabkan suhu bumi terus meningkat, mencapai rekor tertinggi dalam sejarah. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyerukan tindakan segera untuk menghindari bencana iklim. Selama setahun terakhir, suhu global rata-rata mencapai 1,63 derajat Celcius, tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1940. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperkirakan kemungkinan besar suhu bumi akan terus meningkat dalam lima tahun ke depan. Emisi karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil tetap menjadi penyebab utama perubahan iklim. Guterres mendesak larangan iklan perusahaan bahan bakar fosil untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi pemanasan global.

7 Jun, 2024 - 20:05
Pemicu Suhu Bumi Terus Alami Peningkatan
Suhu bumi mengalami pemanasan global ekstrem dalam 12 bulan terakhir ini.

INDONEWSPORTAL.COM - Terjadinya pemanasan global saat ini, memuat suhu bumi terus mengalami peningkatan. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Gueterres menyerukan agar segera dilakukan penanganan tersebut, sehingga terhindar dari 'neraka iklim'.

Selama 12 bulan atau setahun terakhir ini, suhu panas bumi mencapai rekor tertinggi dalam sejarah, dibandingkan degan tahun ke tahun yang lalu. Hal itu merupakan hasil pantauan dari Badan Pemantauan Perubahan Iklim Uni Eropa (EU Climate).

Di mana suhu global selama 12 bulan terakhir ini sampai akhir Mei 2024, rata-rata 1,63 derajat Celcius. Mengakibatkan suhu bumi kali ini merupakan yang terpanas sejak pencatatan mulai 1940.

Sementara itu, dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB menyampaikan, kemungkinan 80 persen atau setidaknya lima tahun ke depan, suhu bumi rata-rata melebihi 1,5 derajat Celcius, di atas suhu sebelumnya. Sedangkan tingkat industri, ada peluang mengalami kenaikan 66 persen di tahun lalu.

Penyebab Suhu Bumi Meningkat

Emisi karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil menjadi penyebab utama perubahan iklim dan mencapai rekor tertinggi tahun lalu. Hal ini terjadi meskipun ada perjanjian global yang dirancang untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan mendukung pertumbuhan energi terbarukan.

Batubara, minyak, dan gas masih menyumbang lebih dari tiga perempat pasokan energi dunia, dengan permintaan minyak global yang tetap kuat.

"Kita harus segera mengambil langkah lebih signifikan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Jika tidak, kita akan menghadapi dampak yang semakin besar dalam bentuk biaya ekonomi triliunan dolar, jutaan orang yang terdampak cuaca ekstrem, serta kerusakan besar terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati," ujarnya.

Tahun lalu tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah, dengan suhu 1,45 derajat Celcius di atas suhu pra-industri. Para ilmuwan memperkirakan setidaknya satu dari lima tahun ke depan akan lebih hangat daripada 2023.

"Penyebab kekacauan iklim, industri bahan bakar fosil, meraup keuntungan besar dan menikmati triliunan subsidi yang didanai oleh pembayar pajak," kata Guterres.

Dia juga mendesak setiap negara untuk melarang iklan dari perusahaan bahan bakar fosil.

Para peneliti di Copernicus mengungkapkan berbagai dampak dari peningkatan suhu bumi, termasuk hilangnya es laut Antartika dalam beberapa bulan terakhir. Data iklim keseluruhan menunjukkan peningkatan emisi gas rumah kaca terus memanaskan planet ini.

"Kami belum pernah melihat fenomena seperti ini dalam beberapa ribu tahun terakhir," kata Direktur Copernicus, Carlo Buontempo.

Dara Clarissa Indonewsportal Media Reporter