3.000 Startup Beroperasi di Indonesia, Kemenparekraf Klaim Ekosistem Startup Makin Dinamis
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengklaim ekosistem startup Indonesia semakin dinamis dengan hampir 3.000 startup beroperasi. Hal ini diungkapkan pada ajang Asia Tech Singapore 2024, di mana ia juga memaparkan pentingnya kolaborasi dan inovasi dalam pengembangan ekosistem digital dan peran AI dalam mengatasi masalah besar di Indonesia.
INDONEWSPORTAL.COM – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengklaim bahwa ekosistem startup di Indonesia semakin dinamis.
Hal ini disampaikan dalam ajang Asia Tech Singapore (ATxSG) 2024 yang digelar di Singapore Expo, Kamis (30/5/2024).
Sandiaga menjelaskan bahwa Indonesia telah mampu melahirkan ekosistem startup yang paling dinamis di Asia Tenggara dengan hampir 3.000 startup yang beroperasi di seluruh negeri.
“Jumlah ini merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan dalam ekosistem pentahelix, yang mencakup akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media,” kata Menparekraf Sandiaga.
Indonesia saat ini menempati peringkat tertinggi di Asia Tenggara dalam hal jumlah startup, dengan dua decacorn yaitu GoTO dan J&T Express, serta sembilan unicorn termasuk Traveloka, Bukalapak, OVO, Xendit, Ajaib, Kopi Kenangan, DANA, Blibli.com, dan Tiket.com.
Dengan jumlah startup yang signifikan, Indonesia juga menjadi satu-satunya anggota ASEAN yang masuk dalam 10 besar negara dengan startup terbanyak di dunia.
Pemerintah Indonesia telah memastikan bahwa startup dan UMKM yang terbentuk mampu bersaing secara kompetitif dengan memiliki sikap adaptif terhadap perubahan teknologi, inovatif dalam menciptakan peluang bisnis berbasis data, dan kolaboratif dalam menjawab tantangan yang ada.
"Dalam mendukung pengembangan ekosistem digital di Indonesia, Kemenparekraf menginisiasi program BEKUP. Program ini dirancang untuk meningkatkan inovasi di industri ekonomi kreatif, membangun ekosistem digital yang berkelanjutan, serta memberikan kesempatan baru bagi masyarakat," jelas Sandiaga.
Sandiaga juga menyoroti peran teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam mengatasi permasalahan besar yang dihadapi negara berkembang, seperti biaya hidup yang tinggi terutama di sektor kesehatan, pendidikan, dan pangan.
"AI berperan dalam menyelesaikan permasalahan penciptaan lapangan kerja yang berkualitas dan dapat menyejahterakan masyarakat. AI akan sangat berguna dalam penyusunan kebijakan serta implementasinya," tambahnya.
Pada ajang ATxSG 2024, Kemenparekraf berkolaborasi dengan Kementerian Perindustrian dan KBRI Singapura untuk menggelar Paviliun Indonesia. Paviliun ini memamerkan 14 perusahaan teknologi Indonesia, entitas startup, dan startup dari berbagai universitas di tanah air.
“Dengan adanya kolaborasi antara pemerintah sebagai regulator, bisnis sebagai peserta, dan universitas sebagai pendorong R&D, kita dapat membangun ekosistem digital yang kuat dan berkelanjutan,” tutup Sandiaga.