INDONEWSPORTAL.COM - Kreativitas tanpa batas dan terus berinovasi. Kalimat tersebut sepertinya tepat untuk menggambarkan sosok Sutrisno. Tokoh petani inspiratif di Desa Pekunden Kecamatan Banyumas yang namanya telah moncer hingga ranah nasional.
Lahan pertanian seluas 1.500 ubin yang digarap Trisno, sapaan akrabnya, telah sukses menyedot pengunjung dari berbagai daerah. Sebab, ada yang istimewa yaitu terdapat petak berisi tanaman buah naga sebagai destinasi wisata edukasi.
Buah naga milik pria kelahiran 1967 itu menjadi salah satu daya tarik yang mengantarkan Pekunden sebagai desa wisata kreatif mengantongi juara pertama Gelar Desa Wisata Jawa Tengah 2022.
Buah naga Trisno juga menyokong Desa Pekunden menyabet juara dua nasional klasifikasi rintisan desa wisata Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 yang dihelat oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
"Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, apa yang telah saya tanam bisa menjadi bagian dari desa wisata kreatif dan edukasi," ujar ayah dua anak itu, Kamis (6/6).
Pria berusia 57 tahun itu menuturkan pencapaian tersebut tentu bukan hal gampang. Jalan terjal dan banyak sandungan dilewati. Trisno terlahir dari keluarga sederhana. Bahkan harus merasakan getirnya menjadi korban perceraian orang tua yang harus tinggal bersama kakek dan neneknya.
Trisno yang hidup terpisah dari orang tua pernah menjadi penggembala kerbau. Lulusan Sekolah Teknik (ST) atau setara sekolah menengah pertama itu kemudian memutuskan menikah di usia 22 tahun.
Jungkir balik dilakoni Trisno untuk menafkahi istri dan anak-anaknya tanpa pekerjaan tetap. Dari merantau, kuli bangunan sampai menjadi tukang becak di Alun-alun Banyumas pernah dicoba. Hingga suatu ketika ia bertekad untuk memperbaiki taraf kesejahteraan hidupnya.
"Saya berfikir, kalau tanpa pekerjaan tetap terus bagaimana nasib keluarga. Saya harus berubah. Dan benarlah bahwa nasib orang itu tidak akan berubah jika tidak berusaha untuk merubahnya sendiri," ucap suami dari Parwati itu.
Sejak itulah Trisno dengan segenap kesungguhan menceburkan diri ke dunia pertanian hortikultura. Pertama kali yang ditanam adalah komoditas bawang merah. Sering berjalannya waktu, perekonomian membaik. Ia mampu membangun rumah gedong dan membiayai pendidikan anak dari hasil panen Allium cepa L. var. aggregatum.
Tidak hanya bawang merah, apa saja kemudian ditanam oleh Trisno. Hingga kini terdapat aneka ragam sayur mayur, cabai, timun, jagung manis, semangka, melon dan masih banyak lagi di lahan garapannya dengan waktu tanam mempertimbangkan pranata mangsa dan peluang pasar.
Belum puas dengan apa yang telah digapai, warga RT 3 RW 1 itu sedang mengembangkan pertanian terpadu.
Sudah berjalan memelihara ayam dan ikan atau mina naga. Dalam waktu dekat menambah ternak kambing, kandang selesai dipersiapkan. Pertanian bagi Trisno adalah saka guru negara.
Asam garam kehidupan Trisno menjadi sumber ilmu dan pengetahuan bagi banyak kalangan. Lahan pertanian menjadi destinasi wisata edukasi lembaga pendidikan dari jenjang usia dini sampai menengah atas serta kalangan umum. Juga, sebagai lokasi favorit studi banding instansi dari berbagai daerah dan riset atau penelitian mahasiswa.
"Semuanya memang perlu proses panjang, yang penting berusaha semaksimal mungkin dulu. Kita tanam apa saja, Tuhan nanti yang punya kuasa memberikan rezeki panen," ujar Trisno penuh syukur.
Meski tidak mengenyam pendidikan tinggi, sebatas lulusan sekolah menengah pertama. Trisno membuktikan bahwa keinginan kuat untuk mengubah garis nasib dikombinasikan ketekunan, keuletan, kesabaran, pantang menyerah serta doa. Maka dengan campur tangan Tuhan, impian terwujud. (*)