BANYUMAS.INDONEWSPORTAL.COM - Selain terkenal dengan makanan khas seperti mendoan atau getuk goreng, Banyumas juga memiliki hidangan unik lainnya yang patut dicicipi, yaitu Nopia dan Mino.
Nopia memiliki bentuk bulat dengan warna putih dan kecokelatan di bagian bawahnya, mirip dengan telur bebek. Sebagian orang menyebutnya sebagai "ndog bulus" atau "ndog gludug". Hidangan ini memiliki tekstur kering dan sedikit keras dengan rasa manis yang khas.
Awalnya, Nopia yang lebih besar dikenal oleh masyarakat. Makanan khas ini terbuat dari campuran tepung terigu, gula pasir, mentega, dan minyak sayur, dengan isian utamanya adalah gula merah. Salah satu ciri khas Nopia adalah adanya rongga kosong di tengah isian gula merah.
Kemudian, untuk memenuhi variasi selera pasar, diciptakanlah Mino dengan berbagai pilihan rasa. Mulai dari rasa original gula jawa, hingga cokelat, durian, dan bahkan rasa bawang. Mino sendiri merupakan singkatan dari "Mini Nopia", merupakan versi miniatur dari Nopia.
Pengrajin Mino Nopia banyak bermukim di desa Pekunden, kecamatan Banyumas, Jawa Tengah. Menurut pengrajin senior, Rakiwan (70 tahun), keluarganya telah menggeluti usaha pembuatan Nopia sejak tahun 1950-an, yang kemudian diteruskan oleh generasi berikutnya pada tahun 1984.
Sejak saat itu, semakin banyak pengrajin Mino Nopia lainnya bermunculan. Saat ini, ada 21 kepala keluarga yang terlibat sebagai pembuat Mino di RT 03 RW 04, desa Pekunden, Banyumas. Karena berkumpul dalam satu lokasi, muncul ide untuk mendirikan sebuah kampung kuliner khas Banyumas, yang dikenal sebagai Kampung Nopia.
Selain menjadi tempat wisata kuliner, harapan dari Kampung Nopia adalah meningkatkan taraf hidup bagi warga setempat, melibatkan tidak hanya pengrajin Mino Nopia, tetapi juga seluruh warga kampung. Ini meliputi pembuat suvenir, pemandu wisata, hingga penyedia penginapan.
Pada tahun 2018, ide tersebut menjadi kenyataan dengan didirikannya Kampung Wisata Nopia Mino oleh warga RT 03 RW 04 desa Pekunden.
Agus Silo, ketua Kampung Wisata Nopia Mino sekaligus ketua RT 03 RW 04 desa Pekunden, menjadi penggerak utama dalam mengembangkan tempat ini sebagai pusat Mino dan tempat wisata edukasi.
Bagi pengunjung, tersedia paket wisata yang meliputi minuman penyambutan, tur melihat proses pembuatan Mino Nopia, hingga oleh-oleh berupa Mino dan stiker Kampung Mino. Mereka juga dapat berpartisipasi dalam praktik membuat Mino dengan membayar biaya tambahan.
Salah satu pengalaman istimewa adalah menikmati Mino Nopia langsung setelah dipanggang, masih hangat dengan kulit yang lembut dan isian yang meleleh. Hal ini tidak dapat dirasakan jika mengonsumsi Mino yang sudah dingin atau dikemas.
Harga Tiket Masuk ke Kampung Nopia Banyumas
Untuk bisa menikmati pengalaman menjelajahi Kampung Mino sekaligus mempelajari cara pembuatannya, pengunjung tak perlu merogoh kocek terlalu dalam.
Berikut adalah Harga Tiket Masuk (HTM) Kampung Nopia beserta rincian lainnya termasuk praktek pembuatan mino, homestay, dan harga Nopia Mino di Kampung Nopia sebagai oleh-oleh untuk rekan atau keluarga di rumah.
Harga Tiket Masuk: Rp15.000/orang
Demo Praktek Membuat Nopia Mino (opsional): Rp150.000 per 10 orang
Homestay: Mulai dari Rp100.000
Bunga Telang dalam Kemasan: Rp10.000/bungkus
Mino: Rp15.000/bungkus
1 kg Mino: Rp25.000
Mino Nopia yang dipanggang menggunakan "genthong" memiliki daya tahan lebih lama, hingga dua bulan atau lebih. Meskipun demikian, tantangan yang dihadapi adalah dalam merekrut tenaga kerja yang mau menempelkan Mino di "genthong" karena proses ini memerlukan ketabahan dan ketelitian yang tinggi.
Sebagai destinasi wisata kuliner, Kampung Nopia dan Mino juga menawarkan berbagai layanan tambahan, termasuk tiket masuk, demonstrasi pembuatan Mino, penginapan, dan penjualan produk-produk lokal seperti bunga telang.
Semua ini ditawarkan dengan harga yang terjangkau sehingga dapat dinikmati oleh pengunjung dari berbagai kalangan. (*)