Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Meningkat, Warga di 5 Kecamatan Diminta Waspada

Aktivitas vulkanik Gunung Slamet di Jawa Tengah telah meningkat signifikan dalam sebulan terakhir. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengonfirmasi hal ini dan meminta warga di lima kecamatan sekitar gunung untuk tetap waspada. Gunung Slamet, gunung api tipe strato tertinggi di Provinsi Jawa Tengah, pernah mengalami erupsi pada 2014 dan statusnya kini telah dinaikkan menjadi Level II (Waspada). Pemerintah daerah telah melakukan berbagai langkah pencegahan dan memantau aktivitas gunung secara terus-menerus.

INDONEWSPORTAL.COM - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah mengonfirmasi melalui siaran pers nomor 33/KM.05/BGL/2024 yang diposting melalui akun Instagram @mount_slamet_3428mdpl pada tanggal 12 Mei 2024, bahwa aktivitas vulkanik Gunung Slamet di Jawa Tengah telah mengalami peningkatan signifikan dalam sebulan terakhir.

Gunung ini merupakan gunung api tipe strato tertinggi di Provinsi Jawa Tengah dengan puncak tertinggi mencapai 3432 mdpl.

Peningkatan aktivitas vulkanik tersebut telah menciptakan situasi yang menuntut kewaspadaan ekstra dari masyarakat di sekitar Gunung Slamet. Sejak Maret hingga September 2014, gunung ini telah mengalami peningkatan aktivitas vulkanik yang berujung pada erupsi dengan material abu dan lontaran pijar di sekitar kawah, yang merupakan tipe letusan strombolian.

Sejak peningkatan aktivitas vulkanik terakhir pada akhir tahun 2023, status Gunungapi Slamet dinaikkan menjadi Level I (Waspada) sejak 19 Oktober 2023. Jalur pendakian sempat ditutup pada saat itu, namun kemudian dibuka kembali pada 21 April 2024.

Namun, jalur pendakian kembali ditutup pada 10 Mei 2024 karena peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan, dengan didominasi oleh hembusan asap dari kawah dengan ketinggian mencapai 50-50 meter dari puncak.

Data pemantauan aktivitas vulkanik Gunung Slamet hingga tanggal 10 Mei 2024 mencatat peningkatan yang cukup mencolok. Periode pengamatan dari 1-15 April 2024 mencatat 197 kali gempa hembusan, sementara periode pengamatan 16-30 April 2024 mencatat 701 kali gempa hembusan.

Peningkatan yang signifikan juga terjadi pada periode 1-9 Mei 2024 dengan terjadinya 902 gempa hembusan, 15 kali gempa vulkanik dalam, dan 3 kali gempa tektonik jauh.

Potensi ancaman bahaya saat ini adalah erupsi freatik maupun magmatik yang dapat menghasilkan lontaran material pijar yang melanda daerah di sekitar puncak dalam radius 2 kilometer.

Masyarakat di lima wilayah administratif sekitar Gunung Slamet, yaitu Kabupaten Pemalang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Purbalingga, diminta untuk tetap waspada demi keselamatan.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Budi Nugroho, menegaskan bahwa sejak status Gunung Slamet ditingkatkan menjadi level II (waspada) pada 19 Oktober 2023, hingga hari ini, aktivitas vulkaniknya terus mengalami peningkatan. Dalam radius 2 km dari puncak, warga juga dilarang melakukan aktivitas.

Budi Nugroho juga mengingatkan masyarakat untuk selalu mengupdate informasi terkait perkembangan Gunung Slamet melalui website resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Selain itu, BPBD juga telah melakukan koordinasi dengan PVMBG serta melakukan pemeriksaan lokasi untuk mengantisipasi potensi tanah longsor dan gerakan tanah.

"Berdasarkan peta kawasan rawan bencana Gunung Slamet, terdapat lima kecamatan yang potensial terdampak ancaman bencana, yaitu Kecamatan Sumbang, Baturraden, Kedungbanteng, Karanglewas, dan Cilongok," ungkapnya.

Pos Pemantauan Gunungapi akan terus memantau perkembangan situasi dan memberikan informasi terbaru secara berkala kepada masyarakat. Dengan kehati-hatian dan kewaspadaan yang tetap terjaga, diharapkan masyarakat dapat mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh aktivitas vulkanik Gunung Slamet.